kehidupan memang tidak pernah
bisa kita tebak, apapun yang terjadi adalah sudah menjadi jalan yang telah
ditakdirkan untuk kita, kita hanya bertugas menjalankan sebaik mungkin dengan
usaha dan do'a. apa bisa kita merubah takdir? tentu tidak! tapi kita bisa
merubah nasib kita jika mau dan bersungguh-sungguh.
melakukan itu semua memang
tidak semudah yang saya bayangkan, bahkan saat ini hanya hampir mendekati
depresi karena proses kehidupan saya yang sangat jauh berputar. Saya ingat
sekali dahulu, saya sangat ingin melakukan semua hal yang baik bukan hanya buat
diri saya sendiri, tapi juga untuk orang di sekitar saya. Saya bahkan bisa
dibilang tidak pernah sekalipun marah ataupun kesal jika ada seseorang yang
mengganggu atau berbuat salah terhadap saya, saat itu yang saya tidak faham
adalah mengapa beberapa orang memperlakukan saya dengan tidak baik? Apa bedanya
saya dengan teman-teman yang lain?begitu rendahkah saya? Begitu tidak inginnya
kah mereka mendekati saya? di usia saya
12 tahun saya memang belum faham bahwa ALLAH memberikan sesuatu yang lebih
kepada saya agar saya menjadi lebih dewasa dibandingkan dengan teman-teman
saya.
Dan saat itu saya hanya ingin
protes kepada semua, saya ingin sebuah keadilan, saya ingin disamakan. Saya
tidak berhenti2 menangis pada saat itu, saya bahkan cendrung melakukan hal yang
aneh sampai semua teman bilang saya “orang aneh” atau “anak bermasalah” bahkan
di usia saya yang masih sangat muda saya dihadapkan dengan beberapa persoalan
hidup yang tidak mudah, ada yang suka memfitnah saya, semua kejadian yang
terdjadi dihubungkan dengan diri saya. Perlu diketahui bahwa saat itu saya
menjalankan pendidikan di sebuah boarding school. Saat SD saya termasuk anak
yang sangat aktif mengikuti kegiatan, saya bahkan sering mewakili sekolah untuk
mengikuti kompetisi antar SD. Ketika SMP pun walaupun berada di boarding school
saya sangat bergairah untuk mengikuti semua kegiatan, tapi entah mengapa banyak
pandangan2 yang meremehkan saya, buakn hanya dari teman, bahkan fihak guru atau
Pembina pun sering memandang sebelah mata terhadap saya. Saya ingat sekali
beberapa kai saya memenangkan kompetisi olahraga dan bernyanyi, tapi saya tidak
sekalipun disebut sebagai anak yang berprestasi, hanya beberapa teman saya yang
sering disanjung dan disebutkan namanya.
Saya mungkin harus bercerita
sedikit mengenai latar belakang keluarga saya. Saya berasal dari keluarga yang
biasa . ayah saya pegawai negeri yang pada masa itu gaji pegawai negeri hanya
sekitar 135.000. ibu saya membantu menafkahi keluarga dengan berjualan baju.
Adik saya hanya satu dan tidak memiliki kakak, kami hanya 2 bersaudara.
Keluarga kami berasal dari keluarga jawa tulen, saat saya mulai masuk SD saya
baru merasakan bahwa didikan ibu saya ternyata agak sedikit “keras” saya sering
sekali dipukul menggunakan alat masak atau benda apapun yang bisa dipakai untuk
memukul, saya bahkan sering sekali disiram dengan air. Saat itu saya tidak
pernah tahu apa salah saya dan kenapa saya diperlakukan seperti itu. Jangankan
orangtua saya, paman ataupun bibi saya pun terkadang sering sekali menghakimi
saya, selalu saya yang menjadi tersangaka, saya ingat sekali suatu hari saya
sedang buang air, setelah itu giliran sepupu saya (anak paman) yang buang air,
tiba2 tidak beberapa lama semua mencari dan mengomeli saya, saya bingung sekali
saat itu, ternyata masalahnya adalah toilet itu belum dibersihkan atau disiram,
padahal saya tau betul setelah saya pakai sudah saya bersihkan dan setelah itu
sepupu saya yang menggunakan toiletnya, saya hanya bisa diam karena sepupu saya
tidak mengakui perbuatannya.
Kembali kepada kisah saya
sewaktu SMP . fisik saya memang berbeda dengan anak-anak yang lainnya, saya
memiliki berat diatas rata2 anak se usia saya (bahkan sampai sekarang) dan itu
sering dijadikan bualan bahkan bahan ledekan dan caci makian. Tapi saya merasa
saat itu orang-orang itulah yang seharusnya mendapat caci maki karena mereka
hanya bisa menghina temannya. Saya bertahan 3 tahun di boarding school
tersebut, awalnya tidak ingin dilanjutkan disana, tapi entah mengapa takdir
menuntun saya untuk meneruskan SMA disana. Awalnya saya ketakutan, takut
mendapat perlakuan yang sama saat di SMP dahulu. Namun ternyata, Alhamdulillah
saat SMA saya mulai dilihat dan diperlakukan sebagaimana mestinya, saya ikut
serta dalam semua kegiatan dengan penuh rasa percaya diri, teman saya pun semua
senang terhadap saya, saat itu saya bertekad untuk menunjukan siapa saya
sebenarnya, karena saya merasa diterima dan diberikan tempat di sekeliling
mereka. Saya memenangkan kompetisi olahraga tennis meja putri tingkat
kabupaten, saya juga memenangkan kompetisi bernyanyi tingkat Kabupaten, tidak
tanggung-tanggung, saya mendapat juara pertama dan setiap tahunnya saya selalu
memenangkan ajang kompetisi baik di dalam ataupun diluar sekolah, bahkan saya
terpilih menjadi PRADANI PRAMUKA disekolah (tingkatan tertinggi pramuka)
Alhamdulillah saat SMA saya memiliki teman-teman yang sangat solid dan saling
mendukung satu sama lain, hingga kelas kami paling banyak mencetak prestasi
saat itu .
tuduhan-tuduhan yang tidak
berdasar semenjak SMP pun mulai surut, banyak sekali yang diam-diam secara
pribadi meminta maaf kepada saya. Saat itu saya lega dan saya sangat menikmati
diri saya yang baru. Saya sangat bahaga karena bisa menunjukan hobby sekaligus
bakat saya dalam bidang tarik suara, selain mewakili sekolah diluar dan ikut
kompetisi saya juga sering di daulat untuk melatih nasyid adik kelas loh J.
Yang paling membuat saya bahagia adalah saya memiliki delapan orang teman yang
sangat dekat, sudah seperti keluarga , bahkan sampai sekarangpun kami masih
saling mendukung, kami menyebut diri kami dengan sebutan “juve” . bukan karena
kami penggemar salahsatu klub sepak bola dunia, nama juve diambil dari label
piring yang kami punya, semua labelnya sama “juve”, lucu ya J.
Kisahnya berlanjut , saat saya
kelas 3 SMA saya kehilangan ayah yang sangat saya cintai, boleh dibilang selama
saya hidup saya hanya bisa dekat dan “bercerita” tentang kehidupan saya ya
hanya dengan ayah saya, bahkan ibu saya sendiri tidak begitu mengenal siapa
saya. Saat diberitahu bahwa ayah saya wafat, saya sedang menjalankan ujian
praktek shalat jenazah, saat itu sudah selesai UAN. Saya sudah tidak bisa lagi
berfikir, bahkan mengeluarkan airmata pun tidak bisa saking shock dan
terpukulnya saya. Saya faham sekali ALLAH tidak akan memberikan ini semua jika
saya tidak mampu melewatinya. Alhamdulillah dengan dukungan teman, keluarga dan
semua orag saya mampu bangkit, bahkan saat itu saya merasakan yang namanya
nikmat iman dan takwa kepda ALLAH. Di sisi lain bahagia luar biasa yang ALLAH
kasih adalah Lulusnya saya dalam ujian nasional bahkan saya Lulus Dalam seleksi
Negara untuk perguruan tinggi negeri. ALLAHU AKBAR! Saya lulus dan masuk di
Pendidikan Anak Usia Dini , Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Jakarta. Jurusan dan universitas yang memang saya tempatkan dipilhan nomor 1 di
kertas jawaban saat SNMPTN.
Disinilah
bermula kisah hidup saya yang penuh warna . berbeda dengan Pada saat SMA yang
banyak dikelilingi teman, guru yang memperhatikan dan orang tua yang masih ikut
dalam masa bimbingan, di Universitas, saya harus bisa membawa diri saya
sendiri, masing-masing individu menentukan arahnya, bahkan menentkan arah
hidupnya disini. Semester pertama sampai lima enam berjalan dengan lancar. Walapun
ada beberapa nilai yang sangat kurang, absen yang bolong-bolong, tai semua saya
jalankan sesuai dengan prosedur. Saat itu saya mendapatkan beasiswa dari BAZIS
DKI dan donatur pribadi dasri seorang yang sangat baik untuk membantu membiayai
kuliah saya, kondisi ekonomi kami memang sangat merosot sepeninggalan ayah,
makanya saya harus merasa cukup dan bahagia dengan apa yang sudah bisa saja
lalui sejauh ini.
Saat
di kampus pun saya banyak mengikuti organisasi, baik yang berbrntuk kegiatan
keislaman, kesenian, maupun pergerakan. Saya sangat bangga bisa mengikuti semua
itu, disitu saya semakin menunjukan eksistensi dan kualitas saya, biarpun orang
masih saya menjadikan fisik saya yang terlalu berlebih ini sebagai bahan
ledekan, justru saya menjukkan bahwa saya bisa bermanfaat dan bisa
diperhitungkan. Saya semakin senang dan bahagia dengan banyaknya link pertemanan
tidak hanya satu jurusan atau satu kampus, saya mengenal banyak orang hebat
diluar sana yang dapat memotivasi saya untuk menjadi lebih baik. Suatu ketika
saya pernah berfikir yang tidak baik ketika saya melihat dan bertemu teman
sewaktu SMP yang dulu sering meremehkan dan melecehkan saya ada dalam satu
kampus, yang membuat saya tertawa penuh kemenangan adalah, mereka yang dulu
melecehkan saya, sekarang di kampus hanya bisa kuliah-pulang-ngerjain
tugas-tidur-kuliah lagi, sedangkan saya? Saya merasa tau banyak hal yang mereka
tidak tau, begitu bangganya saya (tidak baik, jangan dicontoh ya)
Selain
organisasi, yang mewarnai kehidupan saya dikampus adalah masalah percintaan J. saat semester 3 saya berpacaran dengan
seorang lelaki yang saya kenal melalui teman, rumahnya pun tidak jauh dari
saya. Laki- laki ini bisa dibilang cinta pertama saya. Dia beberapakali dating
kerumah dan berbicara serius dengan orangtua saya, bahkan dia sudah membawa
orangttuanya dan guru ngajinya untuk dating dan menyatakan ingin serius dengan
saya, namun setelah setahun menjalin hubungan dekat, tiba- tiba si laki-laki
berubah, saya tau dia menjalin hubungan lagi dengan wanita lain, tapi saya
berusaha sabar dan tidak mau main menyalahkan sebelum tertangkap basah mewmang
selingkuh. Tapi lama kelamaan saya jenga juga, akhirnya kamipun putus. Tidak
beberapa lama sang laki-laki meminta maaf dan ingin kembali, saya pun memberi
kesempatan kedua untuknya, tapi ternyata hal dulu terulang kembali dan saya pun
akhirnya sadar kalau sepertinya laki-laki tersebut hanya mau memanfaatkan saya
untuk kepentingan pergaulannya. Saat itu saya berfikir, bodoh sekali saya,
seharusnya dari awal saya sadar laki-laki mana yang mau menjalin hubungan
dengan wanita bertubuh over seperti saya. Dari situ saya mulai malas untuk
memikirkan hal-hal yang berbau percintaan.
Kejadian
itu berbarengan dengan kuliah saya yang semakin memburuk dan mandek, hanya
karena tertinggal salahsatu matakuliah, saya jadi tidak bisa PKL dan PPL
bersama teman seangkatan. Bahkan tidak terasa saya menjadi enggan untuk ke
kampus, dan saya sudah 1tahun tidak kuliah. Masalah biaya juga menjadi factor
mengapa saya cuti. Karena saya pusing dan stress makanya saya mencoba
mengalihkan diri saya dengan kegiatan diluar kampus, alhasil saya pun terlalu
asik bekerja sebagai guru (walaupun belum lulus). Karena saya bisa
menghasilakan uang untuk kebutuhan saya, walaupun tidak banyak, bahkan bisa dibilang
minim. Sayapun mulai mencari kegiatan lain agar saya tidak stress memikirkan
masa depan saya yang agak abu-abu ini. Saya mulai mengikuti panggilan hati
saya, saya ingin hobby dan kesenangan saya menjadi rutinitas saya, siapa tau
bisa menghasilakan, Toh?. Saat itu saya mencoba mengikutsertakan diri saya
dalam kepanitian acara tahunan yang diadaan komunitas nasyid, kenapa saya
memilih hal tersebut? Pertama saya suka organisasi, saya suka kepanitiaan dan
saya suka bernyanyi, simple!. Saya tidak mengahrapkan ada yang lebih atau
dibayar dengan uang, dengan keikutsertaan saya disitu saya merasa sudah hebat J.
Tidak di duga, silaturahmi dikomunitas ini berlanjut, tidak hanya pada saat
acara tersebut, tapi saya selalu diikutsertakan dalam berbagai event. Saya semakin
terpacu untuk mendalami dunia event, seni bernasid dan saya mulai lupa dengan
studi saya di universitas yang saya banggakan.
Sampai
suatu ketika saya mendapatkan tawaran untuk bergabung dan membentuk sebuah trio
nasyid wanita, seperti gayung bersambut, sayapun langsung sigap menerimanya.
mulai intens latihan vocal sampai perfome di mall pun saya jalani, bahkan saya
mendapat tawaran untuk bernyanyi di sebuah pernikahan, hal yang tidak pernah
terbesit sedikitpun difikiran saya. Secara otomatis, pundi-pundi rupiah pun
bisa saya kumpulkan dari situ, dan itulah yang saya cari selama ini!!. Sampai suatu ketika saya bernyanyi
disalahsatu acara majalah fashion muslimah di daerah pondok indah, lagi-lagi
tdak disangka. Saya malah mendapat tawaran untuk menjadi host diacara tersebut,
dan tidak tanggung-tanggung selama 5 hari saya menjadi host diacara tersebut.
Yang tidak saya duga, orang – orang dan audiens bahkan yang punya acara
menerima dan suka dengan gaya saya membawakan sebuah acara, padahal, sedikitpun
saya belum pernah kursus atau ikut pelatihan sebagai MC sebelumnya. Semua itu
kebesaran Allah, sayapun melanjutkan kegiatan saya dengan memenuhi panggilan
ngeMC di beberapa mall dan beberapa acara, subhanallah.. sekali lagi itu diluar
prediksi saya.
Tepat
tanggal 23 agustus saya berumur 23tahun dan selama setahun ini saya menjalalani
profesi baru dan kegiatan baru saya. Tidak terasa saya sudah 2 semester ini
meninggalkan kuliah saya, saat ini saya sedang merasa sangat terpukul, sangat
tidak berguna, dan sangat tidak terarah. Tiba-tiba saya menjadi pribadi yang
aneh, yang saya pun tidak mengenalnya. Entah apa yang terjadi dalam kehidupan
saya . semua orang yang berada di sekeliling saya hanya bisa mencibir bahkan
menyudutkan saya, tidak ada usaha untuk menganalisa mengapa saya seperti ini. yang
saya rasakan sekarang hanya ingi kembali normal, saya ingin merasakan nikmatnya
ibadah kepada sang pencipta, saya rindu untuk menangis dan meminta KepadaNYA,
saya ingin menjadi pribadi yang sesuai dengan nama yang diberikan orangtua
saya, mulia, menjadi cahaya dan menjadi manusia yang selalu menerima apa
adanya, ikhlas dan selalu bisa berbuat baik dan bermanfaat untuk semua orang.
Saya sadar saya sangat butuh sekali dukungan eksternal manusia yang bisa dengan
ikhlas memotivasi diri saya yang sedang dalam keadaan labil ini. Saya memutuskan
untuk tidak ingin berkomunikasi dengan siapapun, saya butuh waktu untuk
memulihkan jiwa saya, mengembalikan semuanya seperti semula.
Semoga ada pelajaran yang bisa diambil dari apa yang saya
utarakan di atas.
Cileungsi, 23
agustus 2012, pukul 01.41
Tidak ada komentar:
Posting Komentar